TUGAS AKHIR 1 – PEMANFAATAN MUSAMUS (RUMAH SEMUT) PADA KEGIATAN PENILAIAN KETERAMPILAN PENGUKURAN DASAR FISIKA SISWA SMA DI MERAUKE

Bismilaahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbilalamin.

Pada artikel kali ini, saya akan menuliskan sebuah artikel sebagai pemenuhan tugas akhir Mata Kuliah Filsafat Penelitian dan Pendidikan. Tugas akhir (1) ini membahas tentang inovasi di dalam penilaian dan evaluasi pendidikan. Salah satu inovasi yang saya angkat disini adalah tentang pemanfaatan musamu/rumah semut di Merauke di dalam pembelajararan fisika. Pemanfaatan musamus dalam pembelajaran fisika adalah sebagai objek pengukuran dasar. Untuk lebih jelasnya tentang pembahasan ini, berikut saya sajikan pendahuluannya dan artikel selengkapanya dapat dibaca dalam file pdf yang tersaji.

PEMANFAATAN MUSAMUS (RUMAH SEMUT) PADA KEGIATAN PENILAIAN KETERAMPILAN PENGUKURAN DASAR FISIKA SISWA SMA DI MERAUKE

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan satu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Bahkan, pendidikan menjadi salah satu ukuran kemajuan suatu negara. Semakin baik kualitas pendidikan suatu negara, menunjukkan bahwa negara tersebut adalah negara maju, begitu pun sebaliknya. Pendidikan memiliki peran dan fungsi yang vital dalam memahami dan memosisikan manusia sebagai kekuatan utama sekaligus prasyarat bagi kemajuan pembangunan suatu negara (Irianto, 2017). Kemajuan pendidikan ini tidak hanya dilihat dari hasilnya saja, tetapi tentunya dilihat secara keseluruhan dari masukan (input), proses, sampai pada hasilnya dalam bentuk output dan outcome.

Penilaian sebagai bagian dari evaluasi pendidikan telah dituangkan secara jelas dalam bentuk standar nasional pendidikan (SNP) tentang standar penilaian pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penilaian sebagai salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Pada kurikulum 2013 terdapat tiga domain utama penilaian, yaitu penilaian sikap (religius dan sosial), penilaian pengetetahuan, dan penilaian keterampilan. Penilaian tidak hanya bertumpu pada tes melainkan juga mengacu pada unjuk kerja (performance) dalam bentuk asesmen autentik dan asesmen alternatif yang lebih mampu menggali informasi secara holistik tentang kemampuan siswa (Karmana, 2013).

Penilaian keterampilan sebagai bagian dari penilaian pembelajaran tidak dapat disepelekan, namun masih banyak guru yang berfokus pada penilaian pengetahuan siswa saja dan mengabaikan penilaian keterampilan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan guru di dalam mendesain jenis atau bentuk penilaian keterampilan sebagai akibat dari rendahnya kreativitas guru di dalam mendesain instrument penilaian, baik secara digital maupun dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya. Penilaian keterampilan sangat penting karena dapat menampilkan keterampilan ilmiah yang dimiliki siswa. Sebuah hasil penelitian menjelaskan bahwa keterampilan kerja ilmiah belum ada karena selama ini guru hanya menilai berdasarkan laporan praktikum siswa saja tanpa menilai kerja ilmiahnya (Ariani et al., 2016).

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang terus mengalami perkembangan sebagai produk dari hasil kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan sebagai bagian dari proses ilmiah. Oleh karena itu, kegiatan pembiasaan ilmiah ini harus diselenggarakan dan ditanamkan sejak dini di sekolah melalui proses pembelajaran yang tak terpisahkan dari tuntutan kurikulum dalam standar yang telah ditetapkan. Adanya pembiasaan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa, bukan hanya dalam kegiatan percobaan atau eksperimen serupa dalam kehidupan nyata, tetapi lebih luas lagi diharapkan siswa dapat menggunakan langkah-langkah ilmiah di dalam pemecahan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum 2013 kurikulum menuntut pembelajaran fisika di   SMA dilaksanakan secara saintifik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah   satu   aspek   penting   kecakapan hidup melalui kegiatan mengamati (observasing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jaringan (networking) (Astalini et al., 2019).

Kegiatan praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran di dalam pembelajaran eksat, khususnya fisika yang menekankan penggunaan aspek-aspek ilmiah dalam prosesnya. Kegiatan ini kebanyakan dilaksanakan di dalam ruangan laboratorium dengan menggunakan berbagai macam alat yang tersedia sesuai dengan jenis paraktikum yang akan dilaksanakan. Seluruh alat yang akan digunakan biasanya telah dikalibrasi atau dilakukan standarisasi oleh laboran atau pun guru yang bersangkutan. Laboratorium memiliki peran sentral dalam pendidikan sains. Penggunaan kegiatan laboratorium memiliki banyak manfaat dalam pembelajaran sains sebagaimana yang disarankan oleh para guru sains (Santoso, 2009).

Kegiatan laboratorium merupakan pengalaman belajar yang direncanakan agar siswa berinteraksi dengan bahan-bahan pelajaran dengan pengamatan gejala. Kegiatan laboratorium akan berlangsung dengan baik apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana laboratorium, namun fakta yang ada alat-alat laboratorium di sekolah pada umumnya kurang atau bahkan tidak ada sama sekali (Santoso, 2009). Hal ini umumnya terjadi di wilayah Papua sebagai daerah 3T, khususnya pada Kabupaten Merauke. Bahkan, hanya 3 dari 24 sekolah di Kota Merauke yang memiliki laboratorium fisika, itupun tidak lengkap seperti laboratorium fisika yang sesuai standar pada umumnya. Belum lagi sekolah-sekolah yang ada di pedalaman, yang bahkan ruangan kelas saja memilki kondisi yang memprihatinkan. Hal ini tentu menjadi hambatan bagi guru sains, khususnya guru fisika dalam menyelenggarakan pembelajaran fisika, khsusnya dalam kegiatan praktikum.

Musamus atau rumah semut merupakan salah satu kekayaan endemik yang bentuknya seperti tanah yang menjulang. Musamus hanya dimiliki oleh Merauke yang banyak ditemukan khususnya di wilayah Taman Nasional Wasur yang berbatasan langsung dengan wilayah negara Papua New Guinea. “Semut” dalam penamaan benda ini hanyalah sebuah istilah. Pada dasarnya, musamus dibangun oleh hewan-hewan kecil yang ukurannya seperti rayap. Meskipun kecil, rayap-rayap tersebut mampu membangun musamus dalam ukuran yang sangat besar, bahkan hingga mencapai 5 meter dengan diameter mencapai 2 meter. Kemampuan rayap yang kecil tersebut dalam membangun musamus yang begitu besar dijadikan sebagai filosofi kerja dan semboyan oleh Universitas Musamus, sebuah kampus yang terletak di Ujung Timur Indonesia, yaitu: “Jangan Tanya Kerjaku, tapi Lihatlah Hasil Karyaku”. Artinya, jangan pernah tanyakan apa yang aku kerjakan, tetapi lihatlah apa yang telah aku hasilkan, meskipun kerjanya tidak kelihatan.

Selain di Taman Nasional Wasur, musamus juga banyak ditemukan di wilayah padang savana  yang berada di wilayah Merauke. Bahkan, saat ini terdapat salah satu pada savana yang dijadikan sebagai obyek wisata, yaitu tempat wisata 1000 musamus. Keberadaan taman wisata unu menjadi satu inspirasi untuk menjadikannya sebagai salah satu lokasi studi untuk kegiatan pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran fisika. Melalui pembelajaran fisika berbasis alam diharapkan siswa “membuang” jauh pikirannya yang selama ini menganggap fisika sebagai mata pelajaran yang paling menakutkan.

Lalu, bagaimana cara memanfaatkan musamus ini dalam pembelajaran fisika? Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan musamus dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan menjadikan musamus sebagai objek pengukuran dasar, sekaligus untuk menjawab keterbatasan guru di dalam melakukan penilaian keterampilan siswa yang selama ini tergantung pada laboratorium yang sangat terbatas, bahkan tidak ada. Kegiatan pengukuran dasar yang dimaksud dalam fisika adalah pengukuran massa, panjang, volume, massa jenis, waktu, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah partikel.

  1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah di dalam makalah ini didasarkan pada uraian latar belakang di atas. Adapun masalah yang diidentifikasi pada pembelajaran fisika pada SMA di Kabupaten Merauke dalah sebagai berikut.

  1. Peserta didik masih memiliki motivasi dan minat belajar fisika yang rendah sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar fisika.
  2. Peserta didik memiliki kesulitan di dalam memahami konsep fisika yang terlalu abstrak.
  3. Peserta didik sangat jarang melakukan praktikum disebabkan karena keterbatasan alat-alat laboratorium.
  4. Guru fisika memiliki kesulitan di dalam melakukan penilaian keterampilan peserta didik sehingga penilaian ranah keterampilan sering diabaikan.
  5. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang terdidentifikasi, penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam kajian ini diantaranya sebagai berikut.

  1. Bagaimana melakukan penilaian keterampilan dalam pembelajaran fisika?
  2. Bagaimana masalah yang dihadapi guru di dalam pembelajaran dan penilaian pembelajaran fisika?
  3. Bagaimana melakukan penilaian terhadap keterampilan mengukur siswa dalam pembelajaran fisika?
  4. Bagaimana karakteristik musamus (rumah semut) sebagai media pembelajaran?
  5. Bagaimana pemanfaatan musamus (rumah semut) dalam penilaian keterampilan pengukuran siswa?

 

  1. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini melakukan kajian terhadap pemecahan masalah sebagaimana yang telah dirumuskan di atas. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

  1. Menjelaskan cara penilaian keterampilan dalam pembelajaran fisika.
  2. Menjelaskan masalah yang dihadapi guru di dalam pembelajaran dan penilaian pembelajaran fisika.
  3. Menjelaskan pentingnya pengukuran dasar di dalam pembelajaran fisika.
  4. Menjelaskan karakteristik musamus (rumah semut) sebagai media pembelajaran
  5. Menjelaskan cara penilaian keterampilan dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan musamus (rumah semut)

BAB II PEMBAHASAN

  1. Penilaian Keterampilan dalam Pembelajaran Fisika

Penilaian merupakan salah satu komponen pembelajaran untuk mengukur keberhasilan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajarinya. Selain penilaian sikap dan pengetahuan, dalam pelajaran fisika, penilaian keterampilan siswa sangat penting untuk diukur agar setiap guru fisika mengatahui sejauh mana kemampuan siswa, khusnya dalam hak keterampilan psikomotorik yang dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu diuraikan tentang hakikat dari fisika dan pembelajaran fisika, penilaian pembelajaran fisika, sefrta penilaian keterampilan dalam pembelajaran fisika.

  1. Hakikat fisika

Fisika berasal dari kata bahasa Yunani, “Physic” yang berarti alam, sedangkan dalam bahasa Inggris, “Physics” berarti ilmu yang memperlajari tentang asepek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementernya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam, serta interaksi dari benda-benda alam tersebut (Sarojo, 2014). Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains pada dasarnya memiliki hakikat yang sama dengan sains karena sains dipandang sebagai sekumpulan pengetahuan, sebagai cara berpikir dan sebagai cara penyelidikan (Prasetyo, 2013).

Fisika banyak digunakan sebagai dasar bagi ilmu-ilmu lain. Para fisikawan atau ahli fisika terus mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos (Giancoli, 2001) atau makrosokopis.

Fisika merupakan cabang paling utama dalam sains karena berbagai prinsipnya menjadi dasar bagi setiap cabang sains lainya. Hal ini misalnya dapat dilihat pada beberapa ilmu sains lainnya seperti kimia, biologi, geologi dan ilmu sains lainnya yang mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti elektronika, termodinamika dan mekanika kuantum (Harefa, 2019).

Selain keterkaitannya dengan ilmu sains lainnya, fisika juga memiliki keterkaitan erat dengan ilmu matematika. Hal ini dikarenakan banyaknya teori fisika yang dinyatakan dalam notasi matematis. Ilmu matematika yang digunakan dalam fisika biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara fisika dan matematika adalah fisika berkaitan dengan dunia material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia material (Ishaq, 2007).

Sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang disebut sebagai hukum fisika, misalnya Hukum Kekekalan Energi, Hukum Pemantulan Gelombang, Hukum Newton, dan lain-lain. Ilmu fisika juga banyak melahirkan konsep-konsep fisika hanya memiliki nilai guna jika ilmu fisika tersebut diwujudkan dalam berbagai teknologi yang dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Saat ini, berbagai macam peralatan yang memanfaatkan ilmu atau konsep fisika dapat ditemukan, mulai dari perabot rumah tangga sampai peralatan industri menggunakan prinsip kerja yang ada di ilmu fisika.

  1. Hakikat pembelajaran fisika

Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk mempelajari tentang alam, hukum alam, dan melakukan pembuktian untuk menemukan konsep baru dari konsep lama yang telah dimiliki (Linney, 2008). Jadi, kajian utama fisika adalah alam serta hukum-hukum yang berlaku di dalamnya. Kajian terhadap alam melalui berbagai percobaan akan melahirkan sebuah konsep baru yang membantahkan konsep-konsep lama sehingga ilmu ini terus berkembang. Fisika sebagai salah satu cabang IPA merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep

Tingkat pemahaman peserta didik terhadap  materi  bervariasi disebabkan oleh beberapa  faktor seperti guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, tingkat  penguasaan materi guru berbeda, dan siswa belum menerapkan hasil materi dalam tindakan sehari-hari sehingga dampak yang dihasilkan  motivasi  belajar  siswa kurang (Syah, 2003). Sementara itu pembelajaran fisika di sekolah-sekolah hanya menggunakan metode ceramah yang berisi rumus atau persamaan yang menghubungkan simbol-simbol besaran fisis, latihan soal-soal, kemudian diakhiri dengan pemberian tugas rumah (Hamid, 2011). Hal ini akan memberikan pengalaman kepada siswa bahwa fisika adalah pembelajaran yang sulit, hanya belajar dengan rumus-rumus sehingga pada akhirnya dihindari oleh siswa. Bahkan, mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang ditakuti oleh para siswa di sekolah (Afifah et al., 2013).

  1. Penilaian keterampilan dalam pembelajaran fisika

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.  Penilaian keterampilan siswa dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk peilaian seperti penilaian kinerja, produk, proyek, dan portofolio.

Penilaian praktik merupakan penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi (Pantiwati & Nyono, 2020). Penilaian praktik lebih otentik daripada penilaian paper and pencil karena bentuk-bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Contoh penilaian praktik dalam pembelajaran fisika adalah praktik merakit rangkaian seri dan pararel.

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir. Salah satu tujuan penilaian produk adalah untuk menilai keterampilan siswa dalam membuat produk tertentu sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Contoh penilaian produk adalah membuat alat yang memanfaatkan prinsip Hukum Pascal.

Penilaian projek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu instrumen projek dalam periode/waktu tertentu. Penilaian projek bertujuan untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki dan menganalisis projek. Contoh penilaian projek adalah melakukan investigasi terhadap jenis keanekaragaman hayati Indonesia, membuat makanan dan minuman dari buah segar, membuat gerak tari berdasarkan level dan pola latih sesuai iringan, mencipta rangkaian gerak senam berirama, dan sebagainya.

Penilaian portofolio merupakan teknik untuk melakukan penilaian terhadap aspek keterampilan yang merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari setiap KD, khususnya dalam kompetensi dasar 4. Sampel tersebut pada dasarnya dikumpulkan dari produk yang dihasilkan dari penilaian dengan teknik projek maupun produk. Portofolio digunakan sebagai salah satu data penulisan deskripsi pencapaian keterampilan.

  1. Masalah Guru dalam Penilaian Keterampilan Pembelajaran Fisika

Penerapan kurikulum 2013 sejak tahun 2013 telah melahirkan banyak kritik. Banyak akademisi yang menyatakan bahwa penerapan kurikulum 2013 saat itu diselenggarakan secara tergesa-gesa yang pada akhirnya menimbukan banyak masalah. Hal ini terbukti dari revisi kurikulum yang telah dilakukan kurang lebih 3 kali sejak tahun 2013-2018. Salah satu masalah yang muncul dalam penerapan kurikulum 2013 adalah masalah penilaian yang dianggap membebani guru, khususnya dalam hal penilaian. Tuntutan penilaian dalam kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik penilaian yang berbeda. Sebagai contoh, mata pelajaran Bahasa Indonesia menilai keterampilan siswa di dalam mengarang, Bahasa Inggris dapat menilai keterampilan siswa dalam membaca teks, matematika dapat menilai keterampilan siswa dalam berhitung, dan fisika sebagai bagian dari IPA dapat menilai keterampilan siswa dalam bekerja ilmiah. Salah satu wujud kerja ilmiah dalam fisika adalah kegiatan praktikum atau percobaan.

Sebuah percobaan di laboratorium maupun di luar laboratorium akan memberikan berbagai macam manfaat bagi siswa dalam hal pengembangan keterampulan. Beberapa keterampilan yang dapat dikembangkan disini, khususnya dalam keterampilan proses ilmiah adalah keterampilan merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis ilmiah (Permendiknas, 2006). Kegiatan percobaan fisika yang identik dengan percobaan di laboratorium menyebabkan adanya kendala bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang lengkap di dalam laboratorium, bahkan ditemukan sebagian besar SMA di Merauke tidak memiliki peralatan laboratorium.

Kurangnya peralatan laboratorium menjadi satu masalah serius di dalam pembelajaran fisika karena akan menghilangkan satu komponen pembelajaran, yaitu keterampilan. Selain siswa tidak dapat melakukan percobaan, guru juga tidak dapat melakukan penilaian terhadap keterampilan siswa, khususnya keterampilan dalam melakukan kegiatan ilmiah. Oleh karena itu, keterampilan guru sangat diperlukan dalam mengembangkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, serta berbasis lingkungan agar alat/bahan-bahan percobaan dapat ditemukan dengan mudah.

  1. Pengukuran Dasar dalam Pembelajaran Fisika

Pengukuran adalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan (Ilmi, 2019). Pengertian pengukuran ini cukup mudah untuk dipahami karena sudah sering dilakukan dalam kehidupan sehari. Salah satu contoh yang paling sering dilakukan misalnya adalah pengukuran massa atau yang lebih dikenal secara awam dengan sebutanberat.

Kegiatan pengukuran merupakan suatu kegiatan dasar yang membuat ilmu fisika terus berkembang melalui percobaan dan pengamatan. Objek percobaan atau pengamatan fisika disebut besaran fisika dan dibedakan satuan berdasarkan alat ukur yang digunakan. Misalnya, massa benda diukur dengan neraca dan satuannya adalah kilogram. Namun, tidak semua besaran fisika memiliki satuan, seperti massa jenis relatif dan indeks bias.

Mengukur dapat dibedakan menjadi dua yaitu mengukur secara kualitatif dan mengukur secara kuantitatif. Mengukur secara kualitatif, yaitu menandai keadaan obyek secara kualitatif (kata/verbal), seperti keras, padat, panas, dingin, atau bau serta rasanya, dan lain-lain. Hasil ukur secara kualitatif bersifat subyektif, artinya tergantung pada suasana saat pengukuran, seperti perasaan mengukur, situasi tempat mengukur, keadaan obyek ukur itu sendiri dan lain sebagainya.

Mengukur secara kuantitatif, yaitu menandai obyek ukur secara bilangan (numerikal). Misalnya mengukur panjang papan tulis. Hasil ukur secara kuantitatif bersifat obyektif, artinya hasil ukur itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

Hasil pengukuran secara kuantitatif ini dinyatakan dalam bilangan dan satuan. Tinggi atau panjang balok tadi adalah sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang merupakan besaran fisika. Maka, dapat dikatakan besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas.  Pengukuran merupakan bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Melalui pengukuran dapat diperoleh besar atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif.

Terkait dengan pengukuran, beberpa pengukuran dasar dalam fisika menjadi wajib untuk diketahui. Hal ini karena menjadi dasar bagi pengukuran besaran-besaran yang lebih kompleks, khususnya dalam bidang fisika. Selain itu, kemampuan mengukur juga diperlukan untuk menjadi salah satu keterampilan yang dimiliki oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Pengukuran dasar di dalam fisika yang penting untuk diketahui adalah massa, panjang, waktu, intensitas cahaya, kuat arus listrik, jumlah zat, dan suhu.

  1. Karakteristik Musamus (Rumah Semut) sebagai Media Pembelajaran Fisika

Musamus atau rumah semut adalah sebuah nama yang digunakan untuk menunjuk suatu benda yang berupa gundukan yang menjulang dari permukaan tanah antara 1 – 3 meter (Murtadho, 2014) bahkan ada yang sampai mencapai 5 meter (Wikipedia, 2020). Gundukan-gundukan itu akan terlihat beberapa kali di sepanjang jalan menuju Distrik Sota, bahkan di kebun-kebun banyak sekali Musamus yang tumbuh ibarat jamur kayu. Musamus juga telah dijadikan sebagai suatu simbol nilai positif oleh masyarakat di sana, yaitu lihatlah karya, jangan melihat bagaimana kami membuat. Musamus atau rumah semut ini sebenarnya bukanlah sarang yang dibuat oleh semut, namun dibuat oleh hewan sejenis rayap yang nama latinnya adalah Macrotermes sp. Musamus atau juga dikenal sebagai rumah rayap ini hanya ada di tiga negara di duniam yaitu Afrika, Australia, dan Indonesia, tepatnya di Kabupaten Merauke Propinsi Papua (Andriyawan et al., 2015). Musamus atau rumah semut merupakan fenomena khas Merauke yang merupakan fenomena langka dan dapat menjadi salah satu ikon wisata yang hanya terdapat wilayah tertentu saja (Saepudin & Rachmawati, 2014).

Bangunan musamus memiliki bentuk sperti kerucut namun teksturnya berlekuk-lekuk. Musamus memiliki warna fisik merah bata. Pada bagian luar kulitnya, terlihat beberapa pori-pori, bahkan lubang yang kadang-kadang memperlihatkan rayap-rayap yang membangunnya. Rayap-rayap tersebut membangun istana tersebut dengan menggunakan bahan dasar tanah, rumput kering, dan air liur sebagai perekatnya. Hal yang paling menarik disini adalah rancangan ventilasinya yang berupa lorong-lorong, sehingga membuat semut terlindungi dari air hujan, serta berfungsi melepas panas ke udara ketika musim panas tiba (Saepudin & Rachmawati, 2014). Musamus juga memiliki ruang yang berbentuk lorong-lorong berliku dengan alur yang sangat rumit.  Proses pembentukan musamus hingga tinggi oleh rayap-rayap kecil ini selama bertahun-tahun.

Pada bidang pariwisata dan ekonomi, musamus sebagai salah satu ikon Kabupaten Merauke, telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya untuk lokasi wisata, misalnya pada lokasi Wisata 1000 Musamus Merauke. Hanya saja, dalam bidang sains dan pendidikan, pemanfaatan musamus masih sangat minim. Ilmu fisika atau pun ilmu sains secara umum yang menjadikan alam sebagai objek kajiannya sangat layak untuk memanfaatkan musamus sebagai obyek di dalam menyajikan pembelajaran maupun melakukan penilaian yang berbasis alam. Beberapa pemanfaatan musamus dalam pembelajaran sains diantaranya sebagai berikut.

  1. Obyek pembelajaran biologi dalam mempelajari salah satu jenis serangga, yaitu rayap yang membangun musamus.
  2. Obyek pembelajaran fisika material dalam mempelajari struktur molekul yang ada di dalam musamus.
  3. Obyek pembelajaran kimia dalam mempelajari jenis zat (air liur) yang dimiliki oleh rayap tersebut sehingga mampu membangun musamu.
  4. Mempelajari karakteristik tanah yang dapat digunakan untuk membangun musamus
  5. Sebagai obyek pengukuran dasar dalam pembelajaran fisika, misalnya pengukuran massa, volume, massa jenis zat, panjang/tinggi, waktu, jumlah zat, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah partikel zat.

 

  1. Penilaian Keterampilan dalam Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Musamus (Rumah Semut)
  2. Pemanfaatan Musamus dalam penilaian keterampilan dasar siswa

Rendahnya pemahaman konsep pembelajaran fisika berdampak pada hasil pembelajaran yang dihasilkan oleh siswa. Salah satu cara penyebab rendahnya pemahaman konsep fisika adalah rendahnya penggunaan media pembelajaran di kelas. Pada saat yang bersamaan, banyak sekolah yang tidak memiliki laboratorium untuk melaksanakan praktikum mata pelajaran fisika. Hal ini tentunya memberikan sumbangsih atas rendahnya hasil belajar fisika siswa.

Kabupaten Merauke sebagai salah satu kabupaten yang berada pada ujung timur Indonesia memiliki laboratorium sekolah, khususnya di SMA yang masih sangat minim. Hal ini berdampak pada rendahnya dan bahkan ada yang sama sekali tidak pernah melaksanakan kegiatan praktikum di sekolah. Dengan demikian, diperlukan suatu solusi agar pembelajarran fisika tetap dapat dilaksanakan sesuai dengan kurikulum. Solusi yang dapat ditawarkan adalah memanfaatkan salah satu ikon Merauke, yaitu Musamus.

Musamus atau rumah semut merupakan sebuah benda bentukan sayap-rayap kecil yang ketinggiannya bisa mencapai 5 meter. Musamus ini dapat dijadikan sebagai objek dalam pengukuran dasar fisika sekaligus belajar di alam dan refreshing yang membuat siswa lebih enjoy  di dalam belajar. Pemanfaatan musamus sebagai objek pengukuran di dalam pembelajaran dapat dijadikan bahan bagi guru untuk mengukur keterampilan pengukuran siswa yang selama ini sulit untuk teramati. Adapun besaran yang dapat menjadikan musamus sebagai objek pengukuran adalah massa, panjang, massa jenis, waktu, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah partikel musamus.

Pada pengukuran dasar, ada beberapa keterampilan yang akan diamati dan diukur pada siswa melalui rubrik penilaian diantaranya sebagai berikut:

  • Keterampilan merumuskan masalah sesuai percobaan yang dilakukan;
  • Keterampilan merumuskan dan menguji hipotesis;
  • Keterampilan di dalam menentukan variable yang diukur dalam percobaan;
  • Keterampilan dalam merancang dan merakit instrument/alat-alat percobaan;
  • Keterampilan mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data;
  • Keterampilan menarik kesimpulan; dan
  • Keterampulan mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan maupun tertulis ilmiah.

 

  1. Pengukuran massa dengan menggunakan musamus sebagai objek

Massa adalah meruapakan suatu sifat fisika yang terkandung dalam suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Satuan internasional dari besaran ini adalah kilogram (kg). Dalam kehidupan sehari-hari, massa biasanya disamakan dengan berat. Sebagai contoh, saat kita ke dokter, biasanya disuruh menimbang berat badan, pada pada hakikatnya yang ditimbang adalah massa karena hasil pengukurannya memiliki satuan kilogram (kg).  Sementara itu, berat suatu objek diakibatkan oleh adanya interaksi antara massa dengan medan gravitasi.

Massa benda dapat diukur dengan menggunakan alat ukur sebagai berikut. a) Neraca dua lengan; b) Neraca tiga lengan (O’hauss 2610), yaitu neraca O’hauss yang dapat mengukur hingga 2610 g dengan tingkat ketelitian 0,1 gram; c) Neraca empat lengan (O’hauss 311, yaitu neraca O’hauss yang dapat mengukur hingga 310 g dengan tingkat ketelitian 0,01 gram; d) Neraca O’hauss 310; dan e) Neraca digital.

  1. Alat dan Bahan dalam pengukuran massa
  • Sebongkah musamus (kira-kira seukuran bola tenis)
  • Neraca atau timbangan
  • Gergaji kecil

 

  1. Prosedur Pengukuran Massa Bongkahan Musamus
  • Ambillah bagian musamus pada bagian yang ditandai atau sudah mengalami kerusakan agar lebih mudah dipotong! Ukurannya kira-kira sebesar bola kasti;

Gambar 1. Titik Pengambilan Bongkahan Musamus

  • Ukurlah massa bongkahan musamus tersebut dengan menggunakan neraca atau timbangan;
  • Ulangi langkah kedua hingga 5 kali;
  • Masukkan hasil pengukurannya ke dalam tabel berikut.

Tabel 1. Pengukuran massa musamus

Pengukuran Ke- Massa (Kg)
1 ……..
2 ……..
3 ……..
4 ……..
5 ……..

 

Laporkanlah hasil pengukuran Anda lengkap dengan ketidakpastiannya!

  • Diskusikanlah hasilnya dengan teman kelompok Anda!

 

  1. Musamus sebagai objek pengukuran panjang benda

Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antar ujung. Panjang dapat dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal, serta lebar, yaitu jarak dari satu sisi ke sisi yang lain, diukur pada sudut tegak lurus terhadap panjang benda. Satuan internasional dari panjang adalah meter (m). Panjang benda dapat diukur dengan menggunakan alat ukur a) mistar (penggaris); 2) rollmeter (meter kelos); 3) jangka sorong; dan 4) mikrometer sekrup.

  1. Alat dan bahan panjang benda
  • Musamus
  • Rollmeter, panjang minimal 3 meter untuk mengukur tinggi musamus
  • Balok/mistar kayu, ukuran minimal 3 meter untuk menandai tinggi musamus
  • Kursi,1 buah untuk berdiri saat mengukur tinggi musamus

 

  1. Prosedur percobaan
  • Meletakkan kursi di samping musamus untuk menjadi landasan kaki saat mengukur;
  • Meletakkan ujung balok kecil/mistar tepat di samping dasar musamus seperti Gambar 2.
  • Memberikan tanda pada bagian atas balok/mistar kayu yang sesuai dengan tinggi musamus

 

 

Gambar 2. Pengukuran Tinggi Musamus

 

  • Mengukur panjang balok/mistar kayu dari ujung bawah (yang dilatakkan di tanah) sampai pada tanda yang sesuai dengan tinggi musamus.
  • Melakukan langkah (2) sampai (4) pada sisi lain musamus sebanyak lima kali.
  • Masukkan hasil pengukurannya ke dalam tabel berikut.

 

Tabel 2. Pengukuran tinggi (panjang) musamus

Pengukuran Ke- Tingg (m)
1 ……..
2 ……..
3 ……..
4 ……..
5 ……..

 

  • Laporkanlah hasil pengukuran Anda lengkap dengan ketidakpastiannya!
  • Diskusikanlah hasilnya dengan teman kelompok Anda!

 

  1. Musamus sebagai Objek Pengukuran Volume dan Massa Jenis Benda Tak Beraturan

Volume atau isi atau kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang dapat ditempati oleh suatu objek. Objek itu dapat berupa benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu. Satuan internasional dari volume adalah meter kubik (m3). Perhitungan volume benda beraturan seperti kubus, balok, piramida, bola dan kerucut dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan matematika umum setelah mengetahui panjang, lebar, tinggi, atau diameter benda yang akan dihitung volumenya. Sementara itu, untuk menghitung volume benda yang bentuknya tidak beraturan, maka dapat dilakukan melalui sebuah percobaan.

  1. Alat dan Bahan
  • Musamus sebagai objek pengukuran volume benda yang tidak beraturan (gunakan bongkahan musamus yang telah digunakan pada pengukuran massa)
  • Plastik untuk membungkus musamus;
  • Tali nilon untuk mengikat beban;
  • Gelas ukur sebagai wadah air;
    1. Prosedur Kerja
  • Memasukkan air ke dalam gelas ukur sampai mencapai volume 50 mL. Catat volume ini sebagai volume awal air (V0);
  • Masukkan musamus yang telah dibungkus dengan plastik ke dalam gelas ukur, lalu baca volume air yang terlihat pada gelas ukur. Catat volume ini sebagai volume akhir air (V1);
  • Mencatat hasil pengamatan ke dalam table;
  • Mengulangi langkah (1) sampai (3) untuk mengukur volume beban;
  • Masukkan hasil pengukurannya ke dalam table berikut.

Tabel 3. Pengukuran Volume Bongkahan Musamus

Pengukuran Ke- Volume Awal (m3) Volume Akhir (m3) Volume Benda (Bongkahan Musamus) (Volume Akhir-Volume Awal) (m3)
1 …….. …….. ……..
2 …….. …….. ……..
3 …….. …….. ……..
4 …….. …….. ……..
5 …….. …….. ……..

 

  • Laporkanlah hasil pengukuran Anda lengkap dengan ketidakpastiannya!
  • Diskusikanlah hasilnya dengan teman kelompok Anda!

 

Massa jenis musamus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan . Massa jenis musamus dapat dihitung dengan mengambil massa dan volume yang telah dihitung untuk sebuah bongkahan yang sama. Perhitungan massa jenis dapat dilakukan dengan menghitung massa jenis 1 sebagai perbandingan antara massa hasil pengukuran 1 dan volume hasil pengukuran 1, massa jenis 2 sebagai perbandingan antara massa hasil pengukuran 2 dan volume hasil pengukuran 2, dan seterusnya sampai pada percobaan kelima. Massa jenis benda ini adalah rerata dari perhitungan massa jenis 1 sampai massa jenis 5. Selain itu, perhitungan massa jenis musamus ini dapat dihitung dengan membandingkan rerata massa musamus yang terukur dengan rerata volume yang terukur.

5.  Mengukur Suhu Musamus dengan Termometer Inframerah

Suhu atau temperatur adalah ukuran kelajuan gerak partikel-partikel dalam suatu benda atau ukuran energi kinetik rata-rata partikel suatu benda. Selain itu, suhu sering juga diartikan sebagai ukuran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Satuan hasil pengukuran adalah Kelvin yang disimbolkan K. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer.

  1. Alat dan Bahan
  • Musamus sebagai objek pengukuran suhu benda
  • Kursi untuk landasan saat mengukur suhu pada ujung musamus
  • Termometer inframerah
    1. Prosedur Kerja
  • Lakukan pengukuran suhu pada bagian atas musamus dengan menggunakan thermometer inframerah.

Gambar 3. Pengukuran Suhu Musamus

  • Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel;
  • Mengulangi langkah (1) untuk mengukur suhu pada sisi utara, timur, selatan dan barat (perhatikan titik pada Gambar 3);
  • Masukkan hasil pengukurannya ke dalam tabel berikut:

Tabel 3. Pengukuran volume bongkahan musamus

Pengukuran pada Titik Suhu (0C)
Atas ……..
Utara ……..
Timur ……..
Selatan ……..
Barat ……..

 

  • Laporkanlah hasil pengukuran Anda lengkap dengan ketidakpastiannya!
  • Diskusikanlah hasilnya dengan teman kelompok Anda!
6.   Pengukuran Intensitas Cahaya Pada Permukaan Atas Musamus

Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Intensitas cahaya sebuah benda dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan Luxmeter. Luxmeter mampu mengetahui serta mengukur seberapa besar intensitas cahaya yang berada di suatu tempat.

  1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan di dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.

  • Musamus sebagai objek pengukuran suhu benda
  • Kursi untuk landasan saat mengukur suhu pada ujung musamus
  • Luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya
    1. Prosedur Kerja

Langkah-langkah percobaan yang dilakukan di dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

  • Lakukan pengukuran suhu pada bagian atas musamus dengan menggunakan
  • Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel;
  • Mengulangi langkah (1) untuk mengukur intensitas cahaya pada sisi utara, timur, selatan dan barat (perhatikan titik pada Gambar 3);
  • Masukkan hasil pengukurannya ke dalam table 4.
  • Laporkanlah hasil pengukuran Anda lengkap dengan ketidakpastiannya!
  • Diskusikanlah hasilnya dengan teman kelompok Anda!

Gambar 4. Pengukuran Intensitas Panas Permukaan Musamus

 

Tabel 4. Pengukuran Intensitas Panas Bongkahan Musamus

Pengukuran pada Titik Intensitas Cahaya (Cd)
Atas ……..
Utara ……..
Timur ……..
Selatan ……..
Barat ……..
7.   Pengukuran waktu tempuh antara dua buah musamus

Konsep waktu dalam fisika non-relativistik atau klasik yang umumnya digunakan adalah waktu absolut atau biasa juga disebut waktu Newton) waktu yang independen dari setiap penginderaan, berlangsung dengan kecepatan yang konsisten untuk semua orang di manapun di seluruh alam semesta, dan pada dasarnya tidak terlihat dan bersifat matematis. Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik atau sekon dalam SI. Ada berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

  1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan di dalam percobaan in adalah sebagai berikut.

  • Musamus, 2 jarak terjauh
  • Mahasiswa, 5 orang
  • Stopwatch
    1. Prosedur Kerja

Prosedur kerja di dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

  • Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat melakukan pengamatan.
  • Meminta 1 orang mahasiswa untuk berjalan dari 1 musamus ke musamus lain yang terjauh (dalam 1 kelompok/area) seperti pada Gambar 4.
  • Mengukur detak denyut nadi mahasiswa tersebut dengan menggunakan alat stopwatch selama 1 menit.
  • Mengulangi langkah (2) dan (3) untuk 4 orang mahasiswa lainnya.

Gambar 4. Jarak 2 Musamus pada Titik Terjauh

 

  • Masukkan hasil pengukurannya ke dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pengukuran Denyut Nadi Mahasiswa

Mahasiswa Jumlah denyut nadi/menit (kali)
Atas ……..
Utara ……..
Timur ……..
Selatan ……..
Barat ……..

 

  • Laporkanlah hasil pengukuran Anda lengkap dengan ketidakpastiannya!
  • Diskusikanlah hasilnya dengan teman kelompok Anda!
8.   Pengukuran Ukuran Partikel Musamus
Partikel adalah objek terlokalisasi kecil yang dapat memiliki beberapa sifat fisik atau kimia seperti volume atau massa. Partikel sangat bervariasi dalam ukuran atau kuantitas, mulai dari partikel subatom seperti elektron, hingga partikel mikroskopis seperti atom dan molekul, hingga partikel makroskopis seperti serbuk dan material butiranlainnya. Pengukuran partikel suatu material dapat dilakukan melalui beberapa metode diantaranya metode mikroskopi, pangayakan, sedimentasi, dan penentuan jumlah volumen
  1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan di dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.

  • Hasil ayakan musamus
  • Neraca analitik
  • Parafin
  • Gelas ukur
  • Mikroskop
    1. Prosedur Kerja

Langkah-langkah percobaan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

  • Menyiapakan hasil ayakan musamus
  • Meninmbang ayakan musamus sebesar 50 mg dengann menggunakan neraca analitik
  • Mengukur paraffin sebanyak 5 ml dengan menggunakan gelas ukur
  • Membuat suspensi dengan mencampurkan ayakan musamus 5 mg dengan paraffin 5 ml.
  • Mengolesakan sedikit suspense (musamus + paraffin) ke kaca objek lalu mengamati di bawah mikroskop
  • Membuat kotak dan membentuk diagonal pada partikel dari suspense musamus yang tampak pada mikroskop, kemudian diukur diameter rata-rata dan tuliskan dalam tabel

Tabel 6. Hasil Pengukuran Partikel Musamus

Partikel ke- Pembesaran Mikroskop (a) Diamter Partikel (b) b:a
1 …………… …………… ….
2 …………… …………… ….
3 …………… …………… ….
4 …………… …………… ….
5 …………… …………… ….
Diameter Rata-Rata

 

  • Menghitung dan mencatat diameter rata-rata dari suspense musamus.

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan

Musamus atau rumah semut dapat dijadikan sebagai obyek dalam kegiatan pengukuran dasar berupa pengukuran massa, panjang, volume, massa jenis, waktu, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah partikel pada pembelajaran fisika. Kegiatan ini dapat dilakukan pada daerah wisata maupun Taman Nasional Sasur serta pos lintas batas negara (PLBN) Sota yang akan membuat pembelajaran fisika lebih menarik karena dilakukan sambil berekreasi.

 

  1. Saran

Beberapa hal yang disarankan berdasarkan hasil kajian penulis adalah sebagai berikut.

  1. Guru/dosen dapat mengkaji lebih dalam dan luas terkait pemanfaatan musamus sebagai objek pembelajaran, tidak hanya terbatas pada ilmu alam saja.
  2. Guru harus memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam menemukan akternatif pembelajaran dan penilaian yang menarik bagi siswa, khususnya dalam kegiatan praktikum untuk mengatasi masalah keterbatasan alat-alat laboratorium.
  3. Dosen fisika sekaligus sebagai peneliti dapat melakukan kajian yang mendalam terkait pemanfaatan musamus sebagai alternatif pembelajaran fisika yang dapat memudahkannya di dalam penyajian konsep fisika.

 

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N., Murniati, N., & Susilawati. (2013). Penerapan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Media Video untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Kelas XI RPL 1 SMK N 8 Semarang. Seminar Nasional 2nd Lonttar Physics Forum.

Andriyawan, A., Siregar, F. O., & Gosal, P. H. (2015). Merauke Shopping Center “Metafora Musamus” [Universitas Sam Ratulangi]. https://media.neliti.com/media/publications/64117-ID-merauke-shopping-center-metafora-musamus.pdf

Ariani, D., Saptaningrum, E., & Siswanto, J. (2016). Instrumen penilaian keterampilan kerja ilmiah pada pembelajaran fisika berbasis inquiry. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 7(2).

Astalini, A., Kurniawan, D. A., Perdana, R., & Pathoni, H. (2019). Identifikasi sikap peserta didik terhadap mata pelajaran fisika di sekolah menengah atas negeri 5 Kota Jambi. UPEJ Unnes Physics Education Journal, 8(1), 134–143.

Giancoli, D. C. (2001). Fisika (Edisi Keli). Erlangga.

Hamid, A. A. (2011). Pembelajaran Fisika di Sekolah (A. A. Hamid (ed.); 1st ed.). UNY.

Harefa, A. R. (2019). Peran Ilmu Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari. Warta Dharmawangsa, 13(2).

Ilmi, U. (2019). Stud Rencana Alat Pengukur Panas pada Muai Logam. Jurnal Teknika, 11(2), 1123–1126.

Irianto, H. A. (2017). Pendidikan sebagai investasi dalam pembangunan suatu bangsa. Kencana. https://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=yfe1DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq

Ishaq, M. (2007). Fisika Dasar. Graha Ilmu.

Karmana, I. W. (2013). Pentingnya Asesmen Autentik dan ALternatif dalam Pembelajaran Biologi. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 1(2), 169–177.

Linney. (2008). Physics, Astronomy and Astrophysics. Quality assurance agency for higher education. Quality Assurance Agency for Higher Education. https://core.ac.uk/download/pdf/4156714.pdf

Murtadho, M. (2014). Layanan dan Kerukunan Agama di Perbatasan Negara: Studi Kasus di Distrik Sota Merauke. Harmoni, 13(3), 99–112.

Pantiwati, Y., & Nyono, N. (2020). Asesmen autentik dalam kegiatan praktik pembelajaran sains. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi.

Permendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementrian Pendidikan Nasional.

Prasetyo, Z. K. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika (SNFPF).

Saepudin, A., & Rachmawati, I. (2014). Model Pengenbangan Border Torism bagi Kawasan Perbatasan (Studi Kasus: Sota, Merauke, Papua). Buletin Ekonomi, 125.

Santoso, H. (2009). Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil pada Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa [Universitas Sebelas Maret]. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/13091

Sarojo, G. A. (2014). Mekanika. Salemba Teknika.

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Grafindo.

Wikipedia. (2020). Musamus. Wikipedia.Oeg. https://id.wikipedia.org/wiki/Musamus